Recent

Syeikh Abul Hasan Asy Syadzili : Tentang "Siksaan"

Siksaan itu terdiri dari empat macam : 1. Siksaan melalui adzab. 2. Siksaan melalui hijab. 3. Siksaan melalui pengekangan , dan 4. Siksaan ...

Gus Dur : Tentang tasawuf dan Wihdatul Wujud (Manunggaling kawula lan Gusti)

Di dalam sebuah buku, Alwi Shihab pernah memaparkan bahwa penyebaran Islam di Negeri ini dilakukan antara lain oleh kaum Ulama pesantren.

Dari Mujahadah ke Muraqabah, sampailah pada Musyahadah

Mujahadah : Berjihad menumpas hawa nafsu yang menghalangi jiwa untuk dekat kepada Allah Ta’ala. Muraqabah : Memperhatikan gerak-gerik hati,...

Kita sering merasa yakin, tahukah apa itu "Yakin"?

Dan diantara tanda-tanda Ulama’ Akhirat itu ialah sangat bersungguh-sungguh menguatkan keyakinan. Karena keyakinan itu adalah modal Agama....

Menjadi Manusia Yang Manusiawi

Maksud dari kalimat "Manusia yang manusiawi" adalah menjadi manusia yang baik dan benar, serta manusia yang benar dan baik.

Monday, January 28, 2013

Mengenal angan-angan

"Melanturnya angan-angan ialah menginginkan hidup untuk waktu yang panjang, dengan memastikan. sedangkan pendeknya angan-angan yaitu tidak memastikan dalam berangan-angan itu, misalnya : mengikatnya dengan istitsnaa (Insya ALLAH, dengan kehendak dan ilmu Allah SWT) dalam menuturkannya, atau dengan syarat baik dalam menginginkannya".

Dengan demikian, bila kita menyebut-nyebut hidup kita, umpamanya : "aku masih akan hidup sesudah tarikan nafas yang kedua, atau jam yang kedua, atau hari yang kedua", dengan memastikan, maka kita dinamakan orang yang melantur angan-angannya. hal ini merupakan makshiyat, karena yang demikian berarti memastikan perkara yang ghaib.

Jika kita membuat qayyid (mengikat) angan-angan itu dengan kehendak Allah SWT dan ilmu-NYA, lalu kita berkata : "aku akan hidup insyaAllah", berarti kita keluar dari hukum angan-angan dan kita bisa di sifati orang yang mneninggalkan angan-angan.

Begitu pula jika kita menginginkan hidup hingga waktu yang kedua secara memastikan, maka kita diebut orang yang panjang angan-angan. Tetapi, kalau kita membuat qayyid terhadap keinginginan kita itu dengan syarat yang baik, maka kita keluar dari hukum angan-angan dan kita disebut orang yang pendek angan-angannya, karena kita tidak memastikan dalam keinginan kita.

Karena itu lah, mari kita tinggalkan memastikan dalam menyebut kekekalan dan menginginkannya. Yang dimaksud "menyebut" adalah ingatnya hati, yakni memantapkan menetapkan pada hati untuk meninggalkan perbuatan memastikan itu. coba kita pahami keterangan di atas, mudah-mudahan petunjuk (insyaAllah).

Angan-angan itu ada dua macam : angan-angan umum dan angan-angan khusus. angan-angan umum yaitu menginginkan hidup terus untuk mengumpulkan dunia dan bersenang-senang dengannya. ini adalah makshiyat yang murni, dan lawannya adalah pendeknya angan-angan.
Allah SWT telah berfirman yang artinya :
"Biarkanlah mereka itu makan dan bersenang-senang serta di sibukkan oleh angan-angan mereka, maka mereka bakal mengetahui akibat perbuatan mereka".
Sedangkan angan-angan khusus yaitu menginginkan terus hidup untuk menyempurnakan amal yang baik. angan-angan ini mengandung hal yang mngkhawatirkan, yakni sesuatu yang tidak diyakini kebaikannya. sebab, kadang-kadang seseorang dalam melakukan kebaikan atau menyempurnakannya itu tidak ada bagusnya, karena terjerumus ke dalam ujub atau riyaa atau afat lain, di mana kebaikan yang di lakukan tidak seimbang dengan afatnya. jadi kalau begitu, apabila seseorang mulai melakukan shalat, puasa atau lainnya, maka ia tidak memastikan bahwa ia bakal dapat menyemournakannya. sebab, kesempurnaan itu merupakan perkara yang samar. juga tidak boleh bermaksud menyempurnakannya dengan memastikan sebab boleh jadi hal itu tidak ada kebaikannya bagi orang tersebut, sebaiknya ia harus

Aqobatul ilmi wal makrifat

Aqabah ini selalu di lewati manusia agar dalam ibadahnya senantiasa waspada.
dalam menempuh aqabah ilmu ini yang mesti di lewati dengan baik adalah perenungan terhadap kesempurnaan pemikiran, belajar serta bertanya kepada seorang guru yang mengurusi tentang kepentingan hidup di akhirat yang menjadi penunjuk jalan, pelita dan penuntun umat.

Juga yang mengambil faedah dan meminta do'a yang baik dari guru akhirat, semoga mendapatkan kemudahan dan pertolongan Allah SWT untuk bisa melampaui aqabah ilmu, amin.

Apabila aqabah ilmu telah terlewati, maka kita akan memperoleh ilmul-yaqien terhadap keadaan yang samar, yakni bahwa kita mempunyai Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang tidak satupun menyekutui-NYA. Tuhan itulah yang menciptakan dirinya agar bersyukur, memerintahkan supaya melayani dan tha'at kepada-NYA, dengan anggota tubuh luar dan anggota batin. Tuhan memperingatkan kita agar jangan sampai kufur dan berbuat makshiyat. Tuhan menetapkan ganjaran yang langgeng, jika kita mau tha'at dan menetapkan siksa bila hamba itu bermakhsiyat dan berpaling dari-NYA.

Selanjutnya, pengetahuan dan keyakinan terhadap keadaan samar itu mendorong kita untuk bertindak melayani dan menghadap ibadah kepada Majikan Agung yang memberikan kenikmatan yang selalu di cari.
Akhirnya, seorang hamba dapat menemukan dan mengenal Tuhannya, setelah sebelumnya adalah seorang yang bodoh dan tidak mengetahui.

Mahabbatullah diatas segala mahabbah

Bismillahi Ar Rahmaani Ar Rahiimi..

Cinta kepada Allah SWT merupakan cinta yang paling luhur dan mampu mendatangkan puncak kebahagiaan dan kedamaian spiritual (hati). cinta kepada Allah SWT semestinya menjadi pijakan semua tindakan seorang mukmin. ia merupakan kekuatan yang bisa mengarahkan perilaku manusia ke arah kebaikan. ketika cinta kepada Allah SWT melekat dalam jiwa manusia, maka semua perbuatannyaakan tunduk dalam rangka taat kepada Allah SWT. ia akan melakukan perbuatan yang dicintai dan di ridhai-Nya, menjauhi perbuatan maksiat dan setiap perbuatan yang dibenci dan dilarang oleh Allah SWT.

Manusia biasanya cinta kepada orang yang berbuat baik kepadanya. karena itu cinta seorang anak kepada orang tuanya disebabkan karena pemeliharaan, pembelaan, kasih sayang, dan pendidikan yang telah diberikan orang tua kepadanya. jika kita merenungkan nikmat-nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada kita, kita tidak akan mampu menghitungnya. Allah SWT telah menciptakan kita dalam bentuk yang paling baik, lebih memuliakan kita daripada makhluk-makhluk-Nya, menundukkan alam bagi kita, menjadikan kita sebagai khalifah dimuka bumi, mengutus para Nabi dan Rasul sepanjang masa untuk menyelamatkan kita dari kesesatan, menunjuki kita ke jalan yang benar, dan memberikan kita pedoman hidup yang lurus agar kita hidup bahagia dunia dan akhirat kelak.

Oleh karena itu, sudah selayaknya manusia menjadikan cinta cinta kepada Allah SWT lebih besar daripada cintanya kepada yang lain. Allah SWT berfirman:
"Katakanlah jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya, dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya, dan Allah tidak mendatangkan petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (QS 9:24)

Rasulullah SAW pun menganjurkan manusia untuk mencintai Allah SWT atas nikmat-nikmat-Nya yang berlimpah. beliau bersabda: "Cintailah Allah karena DIA telah memberimu makanan dari nikmat-nikmat-Nya." walaupun Rasulullah SAW adalah orang yang paling mencintai Allah SWT dan paling dekat dengan-Nya, tetapi beliau selalu memohon kepada Allah SWT untuk diberu anugerah berupa cinta kepada-Nya, karena dalam cinta ini beliau mendapatkan kepuasan ruhani paling tinggi yang tidak ada bandingannya. Rasulullah SAW pernah berucap dalam doanya: "Ya Allah, berilah aku rezeki berupa cinta-Mu kepadaku dan cintanya orang-orang yang Engkau cintai."

Allah SWT juga menyuruh Rasulullah SAW berdoa dengan doa ini: "Ya Allah, aku memohon cinta-Mu, cinta orang yang mencintai-Mu, dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu."