Recent

Syeikh Abul Hasan Asy Syadzili : Tentang "Siksaan"

Siksaan itu terdiri dari empat macam : 1. Siksaan melalui adzab. 2. Siksaan melalui hijab. 3. Siksaan melalui pengekangan , dan 4. Siksaan ...

Gus Dur : Tentang tasawuf dan Wihdatul Wujud (Manunggaling kawula lan Gusti)

Di dalam sebuah buku, Alwi Shihab pernah memaparkan bahwa penyebaran Islam di Negeri ini dilakukan antara lain oleh kaum Ulama pesantren.

Dari Mujahadah ke Muraqabah, sampailah pada Musyahadah

Mujahadah : Berjihad menumpas hawa nafsu yang menghalangi jiwa untuk dekat kepada Allah Ta’ala. Muraqabah : Memperhatikan gerak-gerik hati,...

Kita sering merasa yakin, tahukah apa itu "Yakin"?

Dan diantara tanda-tanda Ulama’ Akhirat itu ialah sangat bersungguh-sungguh menguatkan keyakinan. Karena keyakinan itu adalah modal Agama....

Menjadi Manusia Yang Manusiawi

Maksud dari kalimat "Manusia yang manusiawi" adalah menjadi manusia yang baik dan benar, serta manusia yang benar dan baik.

Thursday, March 31, 2011

Memahami peran budaya Pondok Pesantren

Orang sering melihat pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan. Ada juga yang memperlakukannya sebagai entitas politik karena para Kiai yang memimpin pondok pesantren memang memiliki pengaruh yang kuat di masyarakat.

Sangat menarik melihat peranan politik yang sekarang dijalankan secara bertentangan diantara para Kiai dari pondok pesantren yang berbeda-beda. Peranan ini akan menunjukkan “model” yang akan diikuti para pemilih. Memang ada perbedaan aspirasi politik diantara mereka. Ada yang sekedar menggunakan pengaruh yang mereka miliki untuk kepentingan “mendekat” kepada para pejabat tertentu. Namun, ada pula yang lebih mementingkan kemaslahatan umat dan memelihara kepentingan masyarakat lebih luas.

Jarang sekali orang melihat pondok pesantren sebagai medium budaya dalam kehidupan masyarakat. Dilihat dari peranan ini, itulah sebenarnya salah satu fungsi pondok pesantren yang (untuk sementara) diredupkan peranan politiknya. Dari hal itu timbul pertanyaan, dapatkah pondok pesantren (setelah melalui pertentangan dahsyat sebagai akibat pelaksanaan politik itu) akan utuh kembali (minimal sebagai lembaga yang membawakan peranan budaya) di masa-masa mendatang? Dapatkah pula pondok pesantren mempertahankan “kemurnian” yang dimilikinya?

Penjelasan singkatnya begini :
Kalau memang pondok pesantren mengalami proses politisasi sedemikian jauh sehingga kehilangan fungsi-fungsi lainnya kecuali fungsi politik, “hak hidup” yang dimiliki akan hilang dengan sendirinya karena ia akan mementingkan hubungan baik dengan sistem kekuasaan yang ada.

Dengan mengetahui peranan budaya yang dilakukan pondok pesantren, kita sebagai anggota masyarakat mendapatkan kekayaan pengetahuan tentang fungsi pondok pesantren. Jika peranan utama ini hilang dari kehidupan masyarakat, kita (termasuk saya pribadi yang juga alumni pondok pesantren) juga yang akan mengalami kerugian.

Peranan yang semula berdimensi budaya tidak dapat digantikan dengan peranan yang materialistis. Perkecualiannya adalah jika ada pergantian fungsi budaya oleh “peranan-peranan baru” yang tentu saja tidak dapat ditukar oleh sekedar keakraban dengan para pejabat dan penguasa-penguasa negara.
Dengan mengenal peranan pondok pesantren seperti yang telah disebutkan diatas, kita sampai pada sebuah kesimpulan yang sangat penting. Akan kita biarkan sajakah pergantian peranan budaya pondok pesantren seperti yang diuraikan diatas oleh peranan materialistis dari sebuah pendekatan politis? Tentu saja jawabnya tidak. Karenanya, kita justru harus memperkuat bentuk-bentuk budaya baru yang hingga saat ini belum dikenal oleh warga pondok pesantren sendiri.

Contoh proses itu adalah munculnya formalisasi penggunaan kata-kata bahasa arab untuk nama pondok pesantren. Jika dahulu pondok pesantren dikenal berdasarkan nama daerahnya, seperti Pondok Pesantren Tebu Ireng (Jombang) dan Pondok Pesantren Krapyak (Yogyakarta), sekarang menjadi Pondok Pesantren Salafiyah dan Al-Munawwir. Penggunaan bahasa arab ini tidak mengganggu proses budaya yang seharusnya berlangsung. Memang mudah mengatakan perubahan, tetapi yang lebih susah adalah melaksanakannya, bukan?

Monday, March 28, 2011

Permulaan gerakan hati dan pikiran menuju Ibadah

Pada permulaannya, di hati seseorang tergerak begini :
"Kita ini selalu dikaruniai berbagai nikmat oleh Allah SWT (seperti nikmat hidup, dapat berbuat berbagai macam hal, diberi akal, bisa berbicara, serta semua sifat mulia dan diberi berbagai kelezatan, disamping tersingkirnya aneka urusan dan penyakit yang merugikan diri kita) Dzat Yang Maha Memberikan kenikmatan yang beragam ini tentu menuntut kepada kita, agar kita bersyukur dan melayani-Nya. jika kita lalai dari melayani dan bersyukur kepada-Nya, pasti Dia akan menghilangkan nikmat-nikmat itu dari diri kita dan sebaliknya akan menghukum kita. Allah SWT yang menganugerahi segala rupa nikmat itu telah mengutus seorang hamba kepada kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang dikukuhkan dengan mukjizat luar biasa yang tidak bisa dialami oleh manusia lain. utusan ini sudah menceritakan kepada kita bahwa kita mempunyai Tuhan yang Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, hidup, berkehendak, berFirman, memerintah dan melarang, Tuhan yang kuasa menghukum kita bila kita berbuat maksiat dan kuasa memberi pahala kepada kita bila kita tha'at. Tuhan yang Maha Mengetahui segala apa yang kita sembunyikan dan gerak-gerik pikiran kita. Dia telah memberikan janji dan ancaman, serta memerintahkan agar kita senantiasa melaksanakan peraturan-peraturan agama Islam".

Jika di hati seseorang ada gerak-gerik semacam ini, maka di hatinya tentu ada rasa bahwa tuntutan agar bersyukur dan melayani-Nya itu merupakan suatu hal yang mungkin. Karena, akal manusia tidak menganggap mustahil akan permulaan datangnya gerakan hati tersebut.

Sesudah itu, seseorang akan merasa takut, mengkhawatirkan dirinya, bagaimana nanti seandainya ada tuntutan dari Allah SWT. keadaan seperti ini disebut Khatir Faza' (gerakan hati yang menimbulkan rasa takut), yaitu gerak hati yang mengingatkan dan mendesak seseorang dengan hujjahnya, serta menolak semua alasan. juga mendorongnya agar berfikir dan mendatangkan dalil.

Kalalu sudah begitu, hamba tersebut akan tentu bergerak, hatinya selalu resah memikirkan bagaimana supaya selamat, aman, tenteram dari apa yang terjadi di hatinya, atau apa yang didengar telinganya.

Akhirnya, jalan yang kita temukan hanyalah merenungkankan dalil dan membuat dalil tentang ciptaan (makhluk) Allah Ta'ala yang dapat menunjukkan kepada kita adanya Dzat Pencipta, supaya bisa memiliki ilmul-yaqien, mengetaui apa yang tidak terlihat oleh mata kepala dan mengetahui bahwa kita mempunyai Tuhan yang memberi tugas, memerintah dan mencegah diri kita. ini adalah permulaan jalan rumit yang akan kita hadapi pada perjalanan Ibadah kepada Allah Ta'ala, yang disebut "Aqabatul 'Ilmi wal Ma'rifat" (jalan Ibadah berupa ilmu dan ma'rifat).

Jalan ini harus dilalui agar dalam urusan Ibadah senantiasa waspada. kita mulai melangkah untuk menempuh 'Aqabah ilmu ini yang mesti dilewati dengan baiknya perenungan terhadap dalil-dalil dan sempurnanya pemikiran, belajar serta bertanya kepada Ulama' yang mengurus kepentingan hidup di akhirat yang menjadi penunjuk jalan, pelita dan penuntun umat, juga mengambil faedah (manfaat) dan meminta do'a yang baik dari Ulama' akhirat.
Semoga kita mendapatkan kemudahan dan pertolongan Allah Ta'ala untuk bisa melampaui jalan-jalan yang rumit dalam suatu Ibadah, amin.

Dengan begitu, kita akan memperoleh keyakinan terhadap keadaan yang samar, yakni bahwa kita mempunyai Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang tidak sesuatupun menyekutui-Nya. akhirnya, kita dapat menemukan dan mengenal Tuhan, setelah sebelumnya bodoh dan tidak mengetahui apa-apa.

Saturday, March 26, 2011

27 Nasehat dalam Kitab Taurat

Wahab Bin Munahib RA berkata :
Di dalam kitab Taurat terdapat 27 nasehat:
1. "Barangsiapa mau memperbanyak bekal di dunia (untuk perjalanan menuju akhirat dengan ketaqwaan) maka kelak di hari qiamat ia akan menjadi kekasih Allah SWT."
2. "Barangsiapa mau menahan amarahnya maka ia akan di tempatkan disisi Allah SWT."
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
"Barangsiapa mampu menahan amarahnya maka Allah SWT akan melindunginya dari siksaan."
3. "Barangsiapa tidak mencintai kesenangan hidup di dunia maka kelak di hari Qiamat akan selamat dari siksa Allah SWT."
4. "Barangsiapa meninggalkan sifat hasud maka kelak di hari Qiamat ia akan dipuji oleh para makhluk."
5. "Barangsiapa meninggalkan rasa cinta menjadi penguasa (mencintai kedudukan) maka kelak di hari Qiamat akan dimuliakan disisi Dzat yang merajai lagi Maha Perkasa."
6. "Barangsiapa meninggalkan kebiasaan berlebih-lebihan maka ia akan mendapat keluasan rizki bersama orang-orang yang baik."
7. "Barangsiapa meninggalkan sifat bakhil maka kelak ia akan disebut namanya didepan para malaikat."
8. "Barangsiapa di dunia meninggalkan bersantai=-santai maka kelak di hari Qiamat akan mendapatkan kebahagiaan di surga."
9. "Barangsiapa meniggalkan hal-hal yang diharamkan maka kelak di hari Qiamat dijadikan tetangga para Nabi AS."
10. "Barangsiapa di dunia meninggalkan penglihatan dalam hal-hal yang diharamkan maka kelak di hari Qiamat Allah SWT akan membahagiakanmatanya di surga."
11. "Barangsiapa di dunia meninggalkan hidup kaya dan memilih hidup faqir maka di hari Qiamat Allah SWT akan membangunkannya bersamaan dengan para Wali dan para Nabi."
12. "Barangsiapa di dunia mau membantu memenuhi kebutuhan manusia, niscaya Allah SWT akan mencukupi segala kebutuhannya di dunia dan di akhirat."
13. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
"Barangsiapa mau mencukupi kebutuhan saudaranya yang muslim maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahalanya orang yang baru haji dan umrah."
14. "Barangsiapa mau mencukupi kebutuhan saudaranya yang muslim maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahalanya orang yang baru beribadah kepada Allah SWT seumur hidup."
15. "Barangsiapa mengharapkan ketenangan di alam kubur maka hendaknya ia bangun di waktu malam kemudian mengerjakan shalat sunnah meskipun kiranya satu rakaat."
16. "Barangsiapa mengharapkan tempat di bawah naungan Arsy-Nya Dzat yang Maha Penyayang maka berlakulah hidup zuhud (hatinya berpaling dari nikmat duniawi)."
17. "Barangsiapa mengharapkan hisabnya diperingan maka lebih baik ia mau menasehati dirinya dan saudaranya."
18 "Barangsiapa mengharapkan para malaikat mau menziarahinya maka lebih baik ia memiliki sifat wara'."
19. "Barangsiapa mengharapkan dirinya berada di tengah-tengah surga maka lebih baik berdzikir kepada Allah SWT di waktu malam dan siang hari."
20. "Barangsiapa mengharapkan masuk surga dengan tanpa hisab maka lebih baik bertaubatlah kepada Allah SWT dengan taubat yang sebenar-benarnya (nasuha)."
21. ""Barangsiapa mengharapkan kekayaan maka lebih baik ia ridla terhadap sesuatu yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya dan orang lain baik berupa harta, jabatan dan lain sebagainya."
22. "Barangsiapa mengharapkan menjadi orang yang ahli ilmu fiqh (agama) maka lebih baik ia senantiasa bersikap khusu' dalam menghadapi masalah agama (orang yang mau mengikuti dan mau menerima kebenaran yang diucapkan oleh siapapun)."
23. "Barangsiapa mengharapkan menjadi orang ahli hikmah maka lebih baik ia terlebih dahulu menjadi orang yang berilmu."
"Barangsiapa mengharapkan keselamatan dari kejelekan orang lain maka janganlah menyebut salah satu dari mereka kecuali dengan kebaikan dan lebih baik berfikirlah tentang dirimu sendiri darimana dirimu dibuat dan untuk apa dirimu diciptakan."
24. "Barangsiapa mengharapkan derajat luhur di dunia dan akhirat maka lebih baik pilihlah urusan akhirat dengan meninggalkan urusan dunia (dengan gambaran keseluruhan waktu dipergunakan untuk menjalankan ibadah)."
"Barangsiapa mengharapkan surga Firdaus dan kenikmatannya yang tidak pernah rusak (abadi) maka janganlah kau sia-siakan umur dengan melakukan kemaksiatan."
25. "Barangsiapa mengharapkan surga dunia dan akhirat maka berbaik hatilah dengan suka memberi, sesungguhnya suka memberi dapat mendekatkan dirimu ke surga dan menjauhkanmu dari neraka."
26. "Barangsiapa mengharapkan hatinya tersinari oleh cahaya yang sempurna maka sebaiknya ia sering bertafakur dalam sifat keagungan Allah SWT dan mengambil hikmah dari kematian."
27. "Barangsiapa mengharapkan untuk memiliki badan yang sabar. lisan yang selalu berdzikir, dan hati yang khusu' maka sebaiknya ia memperbanyak memohon ampunan kepada Allah SWT untuk orang islam."

Friday, March 18, 2011

JIKA KITA BERTANYA, JIKA KITA BERKATA (Taubat An-nashuha, bagian 2)


Bila kita bertanya : Bagaimana mungkin seseorang dapat hidup tanpa melakukan dosa sama sekali (baik dosa kecil maupun dosa besar), sedangkan mengenai para Nabi Allah sendiri (yang merupakan hamba-hamba mulia di sisi Allah) --terdapat perselisihan pendapat di kalangan para Ulama’—apakah mereka dapat mencapai kedudukan ini (tidak berdosa sama sekali) ataukah tidak.?

Perlu kita tahu bahwa seseorang yang sama sekali tidak melakukan dosa apapun, merupakan suatu hal yang bisa terjadi dan tidak mustahil. Hal itu adalah sesuatu yang gampang bagi Allah SWT. Undang-undang Allah Ta’ala menyebutkan : “Allah mempunyai wewenang menentukan orang yang Dia kehendaki untuk menerima rahmat-Nya”.
Biasanya, untuk melakukan taubat, seseorang harus dengan tidak sengaja melakukan dosa (terlebih dahulu). Adapun kalau seseorang terjerumus kedalam dosa lantaran lupa atau keliru, maka yang demikian itu bisa dimaafkan dengan anugerah Allah Ta’ala. Ini merupakan suatu hal yang mudah bagi seseorng yang diberi Taufik oleh Allah Ta’ala.

Bila kita berkata : Yang mencegahku untuk bertaubat hanyalah karena aku mengerti bahwa aku pasti bakal kembali melakukan dosa dan tentu tidak akan mampu terus menetap pada taubat. Jadi, tidak ada gunanya aku bertaubat.

Jika memang begitu, maka perlu kita tahu bahwa yang kita kemukakan itu sebenarnya termasuk diantara bujukan-bujukan setan. Dari mana kita tahu bahwa kita pasti akan kembali melakukan dosa.? Bisa jadi kita terlebih dahulu mati dalam keadaan taubat, sebelum kita terperosok kedalam dosa lagi. Mengenai kekhawatiran akankembali melakukan dosa, itu adalah tugas kita untuk mempunyai tekad kuat dan bersungguh-sungguh tidak akan kembali melakukan dosa, dan Allah yang akan menyempurnakan tekad kita. Jika Allah Ta’ala menyempurnakannya, itulah yang dimaksud dengan anugerah dari-Nya. Dan kalau Allah Ta’ala tidak menyempurnakannya, maka kita sudah beruntung, karena Allah Ta’ala mengampuni dosa kita yang sudah lewat dan kita terlepas dari dosa, kecuali dosa yang kita bayangkan akan ada sesudah bertaubat itu.
Ini merupakan keuntungan besarr dan faedah yang sangat agung. Jadi, angan sampai kita tercegah dari taubat hanya karena takut akan kembali melakukan dosa. Dengan demikian, lantaran taubat...kita sesungguhnya berada diantara dua kebaikan.

Semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah kepada kita. Amiin.

Meredam nafsu (negatif) dengan cara mengamatinya

Seorang guru pernah berkata :
“Didalam diri tidak ada pribadi yang berbuat, dan diluar diri tidak ada pribadi yang terkena perbuatan”.

Penjelasannya begini :
Pikiran yang dikuasai oleh nafsu-nafsu adalah penyebab dari ketidak bahagiaan. Penyebab penderitaan terletak didalam diri kita sendiri dan jika penyebabnya ini masih bisa mempengaruhi kita, maka kita tidak akan pernah dapat mengalami kedamaian sejati atau keharmonisan sejati.
Kita tidak dapat menekan pikiran-pikiran negatif ini. Jika kita menekannya maka pikiran-pikiran ini akan masuk kedalam tingkat pikiran bawah sadar. Nafsu-nafsu dan pikiran-pikiran negatif ini adalah alami. Apabila kita tidak memiliki hal ini kita akan merasa bukan manusia. Untuk itu, hal pertama yang (lebih baik) kita lakukan adalah mengamatinya. Jadi, maksud dari perkataan seorang guru tersebut adalah dengan mengamati berarti didalam diri kita tidak ada pribadi yang berbuat dan diluar diri kita tidak ada pribadi yang terkena perbuatan.

Amatilah realitas didalam diri kita sendiri, kita mengamati nafsu sebagai nafsu, kemarahan sebagai kemarahan, kebencian sebagai kebencian, dan ego sebagai ego. Kita hanya mengamati secara obyektif segala kekotoran yang muncul didalam pikiran tanpa mengidentifikasikan diri kita dengan negatifitas tertentu.

Seperti halnya ketika kita duduk di tepi sungai, mengamati air sungai yang alami, kita tidak melakukan suatu usaha apapun, tidak ingin merubah aliran sungainya, tidak basah dan tidak terhanyut oleh aliran sungai itu. Kita duduk di pinggir dan hanya mengamati aliran itu deras atau pelan, airnya jernih atau kotor. Air bergulung-gulung mengalir sebagaimana adanya dari waktu ke waktu.

Demikian pula kita mengamati nafsu-nafsu yang mengalir pada pikiran kita. Ini merupakan pengamatan terhadap kebenaran sebagaimana adanya, bukan seperti kehendak kita, tapi seperti apa adanya...realitas disini dan saat ini.
Misalnya kita sedang marah, sadarilah bahwa kemarahan itu telah muncul dalam diri kita. Jangan mencoba merubah, mengalihkan atau mendorongnya keluar, tetapi amatilah (terlebih dahulu). Amati dan sadari keadaan batin yang sedang marah. Amati dan amati terus, maka kita akan merasakan bahwa kemarahan itu semakin lama akan semakin lemah dan akhirnya lenyap dengan sendirinya. Hal ini juga berlaku untuk semua emosi-emosi negatif dan nafsu-nafsu negatif lainnya.

Dan yang lebih penting lagi, janganlah kita berusaha menekan kemarahan itu. Karena apabila kemarahan itu ditekan, maka kemarahan itu akan masuk ke dalam tingkat pikiran bawah sadar yang akan menadikan bom waktu bagi diri kita sendiri. Biarkan kemarahan itu berlalu dan kita mengamatinya tanpa reaksi.

Saya mengambil contoh kemarahan, itu karena kemarahan adalah salah satu dari banyaknya nafsu negatif yang sering muncul dalam diri seseorang dan salah satu nafsu negatif yang sangat mudah muncul disertai dengan perbuatan, bahkan bisa timbul secara spontan. Pada awalnya memang sulit untuk mengamati nafsu-nafsu yang abstrak ini, bahkan seringkali kita terlambat untuk menyadarinya. Ketika nafsu (amarah) telah menguasai kita, dan kita telah bereaksi baik melalui perkataan atau fisik, barulah kita menyadarinya dan bahkan menyesalinya. Hal ini sebenarnya karena pengamatan kita terputus pada saat pikiran kita teralih perhatiannya dan bereaksi terhadap pengaruh dari luar.

Diringkas dari buku: INSAN KAMIL (manusia yang sempurna). Karya Ir. Yan Saputra.

Thursday, March 10, 2011

Iblis, setan


Sahabat Umar RA bersabda :
"Sesungguhnya iblis itu memiliki sembilan keturunan yang bernama : zaliitun, watsin, laqus, a'wan, haffaf, murroh, masuth, dasim dan han.
1. setan zaliitun yang bertugas menggoda penghuni pasar, ditempat itulah mereka memasang bendaranya.
2. setan watsin yang bertugas menggoda orang-orang yang terkena musibah.
3. setan a'wan yang bertugas menggoda para penguasa.
4. setan haffaf yang bertugas menggoda orang-orang yang suka mabuk-mabukkan (maksiat).
5. setan murroh yang bertugas menggoda para peniup terompet/pemain musik.
6. setan laqus yang bertugas menggoda orang-orang untuk menyembah api.
7. setan masuth yang bertugas menggoda orang agar bercerita bohong. mereka menjerumuskan melalui lidah/lisan manusia agar berkata bohong yang tidak dapat ditemukan kebenarannya.
8. setan dasim yang bertugas didalam rumah, jika seorang laki-laki memasuki rumahnya tidak mengucapkan salam kepada keluarganya dan tidak menyebut nama Allah SWT niscaya ia tertimpa permusuhan, perselisihan dengan keluarganya, hingga menyebabkan perceraian, khulu' dan pemukulan (kekerasan).
9. setan walhan yang bertugas menggoda orang-orang yang berwudlu (seperti menimbulkan rasa was-was), orang-orang yang mengerjakan shalat dan ibadah lainnya."


Keterangannya begini :
- nama iblis adalah 'azazil yang memiliki sembilan keturunan yang telah disebutkan. sedang menurut sebagian ulama' mengatakan bahwa setan zalitun memiliki nama lain yaitu setan zallabun yang bertugas didalam pasar, pekerjaannya hanya membujuk orang-orang yang bertransaksi jual beli agar membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat, bersumpah bohong, memuji-muji barang dagangannya, dan agar mengurangi takaran dan timbangan. sedangkan menurut keterangan lain dijelaskan bahwa pekerjaan setan zallabun ialah memisahkan hubungan seorang laki-laki dengan keluarganya dan memperlihatkan kepada orang lain tentang segala aib yang dimiliki keluarganya.

- kemudian setan watsin menurut sebagian pendapat bahwa nama setan musibah ini adalah Tabr, pekerjaannya hanya membujuk orang yang terkena musibah agar tidak bersabar, misalnya berteriak, memukuli kedua pipi dan lain sebagainya.

- setan a'wan bertugas menggoda para pejabat, penguasa agar berbuat dzalim.

- kemudian setan haffaf bertugas mengajak seseorang untuk bermain seruling (alat-alat musik dan bernyanyi).

- kemudian setan laqus bertugas mengajak seseorang untuk menyembah api, sedangkan menurut pendapat lain mengatakan bahwa setan laqis dan setan walham keduanya bertugas menggoda orang yang sedang bersuci dan orang-orang yang mengerjakan shalat, akan tetapi sebagian ulama' juga menjelaskan bahwa tugas tiga setan ini (laqus, lqis dan walhan) digantikan oleh tiga setan lainnya yaitu :
1. setan a'war yang bertugas mendorong seseorang untuk berbuat zina, mereka bekerja meniup sela-sela diantara dua paha bagian atas milik orang laki-laki dan meniup pantat seorang wanita.
2. setan wasnan yang bertugas mendorong seseorang untuk selalu tidur, mereka bekerja membuat berat kepala seseorang dan kedua mata, agar tidak mengerjakan shalat dan ibadah-ibadah yang lain. mereka juga bekerja membangunkan seseorang agar berbuat maksiat.
3. setan abyadi yang bertugas menggoda para Nabi dan Wali-Wali Allah.

- kemudian setan masuth, nama lainnya yaitu setan mathun yang bertugas menggoda seseorang agar berbohong.

- kemudian setan dasim yang bertugas meerusak hubungan suami istri, ada yang mengatakan bahwa mereka bertugas merusak seseorang malalui makanan disaat seseorang lupa membaca Basmallah. mereka juga memasuki rumah disaat seseorang lupa membaca Basmallah ketika akan tidur diatas pembaringan, ketika memakai pakaian, ketika tidak melipat pakaian.

- kemudian setan walhan yang bertugas menggoda seseorang ketika berwudlu, mengerjakan shalat dan ibadah yang lain. ada yang mengatakan bahwa setan walhan juga bertugas menggoda seseorang ketika bersuci, mereka mendorong seseorang agar memperbanyak penggunaan air ketika bersuci, adapun yang bertugas menggoda seseorang ketika mengerjakan shalat itu namanya setan khanzab.

A'uudu billahi minasy-syaithaanirrajiim.

Sunday, March 6, 2011

Sepuluh perbuatan mulia yang diberikan oleh Allah SWT


Sahabat Abu Bakar As-shidiq bersabda :
“Tiada seorang hamba yang telah diberikan limpahan rizqi oleh Allah SWT yang berupa sepuluh perkara melainkan ia benar-benar telah selamat dari berbagai macam kerusakan dan telah mendapat derajat Al-Muqarrabin dari Allah SWT (orang-orang yang dekat dengan Allah SWT) dan memperoleh derajat Al-Muttaqin (orang-orang yang meninggalkan kesenangan hawa nafsunya dan menjauhi perkara yang dilarang)”.


1. Ucapannya selalu jujur disertai dengan hati yang Qana’ah (menerima apa adanya segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT).
Lisan yang jujur merupakan awal dari keberuntungan, barang siapa sedikit kejujurannya berarti sedikit pula temannya.
2. Kesabaran yang sempurna disertai dengan hati yang selalu bersyukur. Rasulullah SAW bersabda :
“Sebaik-baiknya senjata orang mu’min adalah kesabaran dan berdo’a”.
3. Selalu tertimpa kefakiran disertai dengan hidup zuhud. Rasulullah SAW bersabda:
“Wahai orang-orang yang fakir, berikanlah keridlaan hati kalian kepada Allah SWT. Niscaya kalian akan mendapatkan pahala kefakiran kalian dan jika kalian tidak ridla niscaya kalian tidak akan mendapatkannya”.
4. Selalu bertafakkur disertai keadaan perut yang lapar. Rasulullah SAW bersabda :
“Berfikirlah tentang segala hal dan janganlah berfikir tentang Dzat-Nya Allah SWT, sesungguhnya antara langit ke tujuh dan kursinya Allah SWT terdapat 7.000 lapis cahaya sedangkan Allah SWT berada diatas itu”.
“Allah SWT mengasihi suatu kaum dimana manusia menganggap mereka oran yang sakit padahal mereka itu tidak sakit”.

5. Selalu bersedih disertai dengan rasa takut kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda :
“Seandainya kalian mengetahui harta kalian (pahala) disisi Allah SWT, niscaya kalian lebih senang jika kalian bertambah miskin dan fakir (dari pada yang kalian alami sekarang)”.
“Jika seseorang merasa takut kepada Allah SWT berarti ia sudah berilmu dan jika seseorang merasa bangga (kagum) terhdap dirinya sendiri berarti ia masih bodoh”.
“Surga akan dimasuki oleh orang yang mengharapkannya, neraka akan dijauhi oleh orang yang takut (siksaan) neraka dan Allah SWT akan mengasihi kepada orang yang memiliki kasih sayang”.

6. Selalu berjuang disertai dengan kerendahan hati.
“Bersikap rendah dirilah kalian dan bergaulah dengan orang-orang yang miskin niscaya kalian menjadi bagian dari pembesarnya orang-orang ahli ibadah dan dapat terlepas dari kesombongan”.
Allah SWT berfirman :
“Sembahlah Tuhanmu hingga keyakinan mendatangimu”.
Maksud ayat tersebut adalah : “Berpalinglah dari nafsumu wahai makhluk yang paling mulia, sampai kematian mendatangimu”.
Tidak mengikuti hawa nafsu disebut dengan ibadah, karena nafsu itu selalu menentang ibdah dan keinginannya hanya bermaksiat.
7. Selalu bersikap lemah lembut disertai dengan kasih sayang dalam segala perbuatan. Sebagaimana hadits berikut :
“Allah SWT hanya akan mengasihi hamba-hambaNya yang penuh kasih sayang”.
8. Selalu cinta kepada Allah SWT disertai dengan rasa malu kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda :
“Apakah kalian senang jika masuk surga? Para sahabat menjawab : senang ya Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda : Pendekkanlah angan-angan kalian, tetapkanlah kematian kalian selalu berada di depan mata kalian dan merasa malulah kalian kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya. Para sahabat berkata : Kami semua sudah merasa malu kepada Allah SWT. Kemudian beliau menjawab : Bukan seperti malu kepada Allah SWT, tetapi malu kepada Allah Ta’ala itu jika kalian tidak melupakan perut dan perkara yang ada didalamnya. Barang siapa ingin mendapatkan kemuliaan di akhirat maka keindahan dunia harus ia tinggalkan, memang disanalah seorang hamba memiliki rasa malu kepada Allah Ta’ala. Dan disanalah ia mendapatkan belas kasih Allah SWT”. (HR. Abu Naim).
9. Ilmu yang bermanfaat disertai dengan perbuatan untuk mengamalkannya. Rasulullah SAW bersabda :
“Pelajarilah ilmu yang mana saja yang kalian kehendaki, niscaya Allah SWT tidak akan memberi kemanfaatan ilmu itu kepada kalian hingga kalian mau mengamalkan ilmu yang kalian pelajari”.
“Malapetaka kecerdasan adalah keras kepala, malapetaka keberanian adalah penentang, malapetaka suka memberi adalah kesombongan. Bahayanya ibadah adalah malas, bahayanya bercerita adalah kebohongan, bahayanya berilmu adalah lupa, bahayanya sopan santun adalah kebodohan, bahayanya kemuliaan adalah berunggul-unggulan dan bahayanya sifat dermawan adalah berlebih-lebihan”.

10. Iman yang abadi disertai dengan akal yang jernih.
Akal adalah sumber tata krama. Sebagaimana perkataan ahli balaghah “Sebaik-baiknya pemberian adalah akal, sejelek-jeleknya musibah adalah kebodohan”.
Ahali Al-abda’ berkata : “Teman sejati setiap orang adalah akalnya, sedangkan musuhnya adalah kebodohannya, sunguh Allah SWT menjadikan akal untuk pondasi bagi agama dan tiang agama”.

Sumber segala kesalahan

Rasulullah SAW bersabda :
“Allah SWT memberi wahyu kepada Nabi Musa Bin Imran AS dalam kitab Taurat. Sesungguhnya sumber segala kesalahan itu ada tiga : Sombong, Hasud, dan Serakah”.

1. Sombong
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :
“Kesombongan itu menolak kebenaran dan menghina orang lain”
Maksudnya : Barang siapa yang melihat dirinya dengan mata keagungan sedangkan melihat orang lain dengan mata meremehkan (rendah/menganggap kecil) maka ia termasuk sebagian dari orang-orang yang sombong.
2. Hasud
3. Serakah (cinta terhadap dunia)
Sebagaimana ungkapan Malik Bin Dinar RA :
“Ketika badan merasakan kesakitan niscaya segala makanan, minuman, tidur dan istirahat tidak ada gunanya. Demikian juga dengan hati ketika sibuk mencintai dunia niscaya segala bentuk nasehat tidak akan bermanfaat baginya”.

Kemudian akibat dari tiga perkara tersebut muncul enam perkara :
1. Perut terlalu kenyang
2. Banyak tidur
3. Banyak bersantai-santai (istirahat menghilangkan kelelahan)
4. Mencintai harta benda
Sebagaimana ungkapan Sayyid Abdullah Al-Hadad :
“Kita harus selalu mengeluarkan rasa cinta pada dunia dan dirham dari hati kita sehingga kita menganggap keduanya sebagai batu”.
5. Senang disanjung dan dipuji
Kita harus bisa mengeluarkan rasa cinta akan kedudukan (dihadapan orang lain/manusia) dari hati kita, sampai kita bisa menganggap antara dipuji dan dicela itu tidak ada bedanya.
6. Senang menjadi pemimpin
Kita harus bisa mengeluarkan rasa cinta akan kedudukan disisi manusia dari hati kita, sampai kita bisa menganggap antara mereka mematuhi dan mengkhianati kita itu tidak ada bedanya.

Dari keterangan-keterangan diatas, mari kita renungkan.!!! Hanya dari tiga perkara yang buruk, muncul enam keburukan. Dari enam keburukan tersebut bisa jadi dan besar kemungkinan akan muncul banyak keburukan-keburukan lagi yang mungkin tanpa kita ketahui dan kita sadari keburukannya. Dan jika bicara tentang ketidaktahuan kita tentang keburukan suatu hal, akan timbul pertanyaan seperti ini..Tidak iginkah kita belajar agar bisa mengetahuinya.?? Akankah kita terus-menerus bergelut dengan masa-masa kebodohan.?? Tentu kita tidak ingin seperti itu. karena sejelek-jeleknya musibah adalah kebodohan. Perlu kita ingat baik-baik, bahwa Islam bukanlah ajaran yang dangkal, masih banyak hal yang mungkin belum kita kita ketahui.

Kesalahan orang yang waspada itu masih lebih baik daripada kesalahan orang yang ceroboh. Semoga Allah Ta’ala selalu memberikan petunjuk kepada kita semua, memberikan taufik dan menjauhkan kita dari segala keburukan, amin.

Wednesday, March 2, 2011

Tiga nasehat bagi penuntut ilmu


Al-kisah :
Suatu ketika ada seorang laki-laki dari qaum Bani Israil ingin keluar dari negaranya untuk menuntut ilmu di negara lain. berita itu telah sampai pada Nabi Muhammad SAW, maka kemudian beliau mengutus pemuda itu untuk datang ke rumah beliau. setelah pemuda itu datang ke tempat beliau, beliau bersabda kepada pemuda itu :

"Hai anak muda, sesungguhnya aku akan menasehatimu dengan tiga perkara, tiga perkara itu adalah ilmunya orang-orang terdahulu dan orang-orang setelahnya, yaitu :
1. Takutlah kamu kepada Allah Ta'ala disaat kamu sendiri dan disaat bersama orang lain.
2. Jagalah lisanmu ketika bersama orang lain, janganlah kamu berkata kepada mereka kecuali dengan perkataan yang baik.
3. Perhatikan makananmu yang akan kamu makan sehingga benar-benar dari hasil yang halal."


Kemudian setelah mendengar nasehat dari Nabi Muhammad SAW tersebut, pemuda itu pun mengurungkan niatnya untuk keluar ke negara lain karena menuntut ilmu.