Recent

Syeikh Abul Hasan Asy Syadzili : Tentang "Siksaan"

Siksaan itu terdiri dari empat macam : 1. Siksaan melalui adzab. 2. Siksaan melalui hijab. 3. Siksaan melalui pengekangan , dan 4. Siksaan ...

Gus Dur : Tentang tasawuf dan Wihdatul Wujud (Manunggaling kawula lan Gusti)

Di dalam sebuah buku, Alwi Shihab pernah memaparkan bahwa penyebaran Islam di Negeri ini dilakukan antara lain oleh kaum Ulama pesantren.

Dari Mujahadah ke Muraqabah, sampailah pada Musyahadah

Mujahadah : Berjihad menumpas hawa nafsu yang menghalangi jiwa untuk dekat kepada Allah Ta’ala. Muraqabah : Memperhatikan gerak-gerik hati,...

Kita sering merasa yakin, tahukah apa itu "Yakin"?

Dan diantara tanda-tanda Ulama’ Akhirat itu ialah sangat bersungguh-sungguh menguatkan keyakinan. Karena keyakinan itu adalah modal Agama....

Menjadi Manusia Yang Manusiawi

Maksud dari kalimat "Manusia yang manusiawi" adalah menjadi manusia yang baik dan benar, serta manusia yang benar dan baik.

Thursday, August 18, 2011

Anekdot Al-Junaid


Abul Qasim Al-Junaid bin Muhammad wafat tahun 297 H / 910 M. Beliau adalah pemuka thariqat kaum sufi. Berasal dari Nahawand, namun lahir dan tumbuh besar di irak. Beliau dikenal sebagai seorang faqih dalam bidang mazhab Abu Tsaur, dan berfatwa di halaqahnya ketika usianya baru 20 tahun. Berguru kepada pamannya sendiri, As-Sary, Al-Harits Al-Muhasiby, serta Muhammad bin Ali Al-Qashshab.
Berikut adalah diantara ucapan beliau:
“Bila seseorang benar-benar menghadap Allah SWT selama sejuta tahun, lantas sejenak ia berpaling dari-Nya, segal sesuatu yang telah hilang sejenak itu nilainya lebih banyak daripada yang telah diperolehnya (selama sejuta tahun)”
“Taubat itu mempunyai tiga makna, pertama menyesali kesalahan, kedua berketetapan hati untuk tidak kembali pada dosa, ketiga membela orang-orang yang teraniaya.”

TIPU MUSLIHAT IBLIS.
Al-Junaid mengisahkan, “Suatu hari, aku berhasrat untuk melihat iblis. Aku berdiri di depan pintu Masjid dan melihat seorang lelaki tua mendekat dari kejauhan. Saat aku memandangnya, kengerian memasuki diriku.
‘Siapakah anda?’ tanyaku.
‘Yang ingin engkau temui.’ jawabnya.
‘Sang terkutuk.’ Pekikku.
‘Apa yang membuatmu tidak mau sujud kepda Adam?’
Ia menjawab, ‘Bagaimana menurutmu Junaid, apakah ak harus menyembah selain-Nya?.’
Al-Junaid mengatakan bahwa ia merasa bingung setelah mendengar perkataan iblis itu. Kemudian beliau berkata, ‘Sebuah suara berkata kepadaku dari dalam relung hatiku. Katakanlah (kepada iblis), engkau pembohong..!!! jika engkau benar-benar hamba Allah Ta’ala yang sejati, engkau pasti menuruti perintah-Nya. Engkau tidak akan pernah mengabaikan perintah itu dan bermain dengan penyangkalan.’ Saat iblis mendengar kata-kata itu, ia pun memekik dengan keras, ‘Demi Allah, Junaid. Engkau telah menghancurkanku.” Kemudian iblis itu pun lenyap.

BELAJAR YAKIN.
“Aku belajar keyakinan yang tulus dari seorang pemangkas rambut.” Kenang Al-Junaid, dan ia pun mengisahkan cerita berikut ini.
Suatu hari, saat aku berada di Makkah, seorang pemangkas sedang mencukur rambut seorang laki-laki terhormat.
Aku berkata padanya, “Demi Allah, dapatkah engkau memangkas rambutku?”
“Ya, tentu saja.” Katanya sambil bercucuran air mata, ia tidak menyelesaikan pekerjaannya terhadap lelaki terhormat itu.
“Berdirilah.” Katanya. “Saat nama Allah diucapkan yang lain harus menunggu.”
Ia pun mendudukkanku, mencium kepalaku, dan mencukur rambutku. Lalu ia memberikanku sebuah bungkusan kertas yang berisi sejumlah koin kecil.
“Belanjakanlah uang ini untuk keperluanmu.” Katanya.
Aku pun berketetapan hati untuk memberikan padanya hadiah pertama yang kuterima. Tidak berapa lama, aku dihadiahi sekantong emas dari Bashrah. Aku membawa emas itu kepada tukang cukur.
“Apa ini?” ia bertanya.
Aku menjelaskan, “aku telah berketetapan hati, bahwa hadiah pertama yang aku terima, akan aku berikan kepadamu. Aku baru saja mendapatkan ini.”
"Saudaraku," tukasnya.
"Tidakkah engkau malu kepada Allah SWT? engkau berkata kepadaku, -Demi Allah pangkaslah rambutku- lalu engkau memberiku hadiah. apa engkau pernah mendengar ada seorang melakukan sesuatu karena Allah Ta'ala lalu meminta bayaran?".

SAUDARA SEJATI.
"Zaman sekarang ini, saudara seiman semakin sulit untuk ditemui." kata seorang lelaki di hadapan Junaid.
Junaid berkata, "Jika engkau mencari seseorang untuk menanggung bebanmu, memang orang seperti itu jarang dan sulit sekali untuk ditemukan. namun jika engkau mencari seseorang untuk engkau pikul bebannya, orang seperti itu banyak dan dapat engkau jumpai bersamaku."

KE-ESA-AN ILAHI.
Kapan pun Junaid berbicara tentang ke-Esa-an Ilahi, tiap kali ia memulai dengan ungkapan yang berbeda yang tak dapat dimengerti oleh seorang pun.
Suatu hari, Syibli berada di majelis Junaid dan mengucapkan kata 'Allah'.
Junaid berkata, "Jika Tuhan tidak hadir, menyebut 'Yang tidak hadir' adalah tanda ketidak hadiran (maksudnya, ketidak hadiran Tuhan di hati), dan ketidak hadiran adalah suatu hal yang terlarang. Jika Tuhan hadir, maka menyebut nama-Nya saat membayangkan-Nya hadir (maksudnya, saat Tuhan hadir di hati) adalah tanda ketidak sopanan."

SAKSI BAJU SENDIRI.
Suatu malam, seorang pencuri memasuki kamar Junaid. setelah melihat bahwa tidak ada apa-apa di dalam kamar itu kecuali sehelai pakaian, pencuri itu pun mengambil pakaian itu lalu pergi.
Keesokan harinya, Junaid melewati pasar dan melihat pakaiannya ada di tangan seorang pedagang yang sedang menawarkannya pada seorang laki-laki.
"Sebelum membelinya, aku ingin engkau menghadirkan seseorang untuk bersaksi bahwa pakaian ini memang benar-benar melikmu." kata si calon pembeli.
Junaid pun mendekat dan berkata, "Aku siap untuk bersaksi bahwa pakaian ini memang benar-benar miliknya."
Akhirnya laki-laki itu pun membeli pakaian tersebut.