Recent

Syeikh Abul Hasan Asy Syadzili : Tentang "Siksaan"

Siksaan itu terdiri dari empat macam : 1. Siksaan melalui adzab. 2. Siksaan melalui hijab. 3. Siksaan melalui pengekangan , dan 4. Siksaan ...

Gus Dur : Tentang tasawuf dan Wihdatul Wujud (Manunggaling kawula lan Gusti)

Di dalam sebuah buku, Alwi Shihab pernah memaparkan bahwa penyebaran Islam di Negeri ini dilakukan antara lain oleh kaum Ulama pesantren.

Dari Mujahadah ke Muraqabah, sampailah pada Musyahadah

Mujahadah : Berjihad menumpas hawa nafsu yang menghalangi jiwa untuk dekat kepada Allah Ta’ala. Muraqabah : Memperhatikan gerak-gerik hati,...

Kita sering merasa yakin, tahukah apa itu "Yakin"?

Dan diantara tanda-tanda Ulama’ Akhirat itu ialah sangat bersungguh-sungguh menguatkan keyakinan. Karena keyakinan itu adalah modal Agama....

Menjadi Manusia Yang Manusiawi

Maksud dari kalimat "Manusia yang manusiawi" adalah menjadi manusia yang baik dan benar, serta manusia yang benar dan baik.

Tuesday, March 23, 2010

HIKMAH SERAUT WAJAH

Bismillahi Ar Rahmaani Ar Rahiimi

Jika kalian adalah ‘seorang direktur’ yang punya gedung tinggi menjulang ke langit, jangan remehkan WAJAH “para kuli bangunan”, tanpa PERANTARA mereka…gedung kalian tak akan pernah berdiri.

Jika kalian adalah ‘seorang model’ berambut aduhai..jangan remehkan WAJAH “para tukang potong rambut”, tanpa PERANTARA mereka…kalian tak kan punya rambut sebagus itu (sebelum ada salon, tukang potong rambut lesehan adalah perintis model rambut).

Jika kalian adalah ‘seorang majikan’ berlantai kaca nan berkilau..jangan remehkan WAJAH “para pembantu”, tanpa PERANTARA mereka..rumah kalian tak jauh beda dengan gudang.

Jika kalian adalah ‘seorang presiden, gubernur ataupun bupati’..jangan remehkan WAJAH “para pasukan kuning” (tukang bersih-bersih kota), tanpa PERANTARA mereka…kota kalian akan seperti kota yang mati tanpa penghuni…

(Siapapun) kalian yang hanya bertanda 1 petik di kanan kiri kalian, jangan remehkan WAJAH mereka yang bertanda 2 petik di kanan kiri mereka...

Kalian yang bertanda 1 petik di kanan kiri kalian, tak kan bisa mendapatkan satupun hasil petikan jerih payah kalian selama ini TANPA petikan-petikan keringat dari mereka yang bertanda 2 petik di kanan kiri mereka.

1 petik bisa bertambah menjadi 2 petik, pun begitu sebaliknya…SEMUA INI HANYALAH SEKEDAR GAMBARAN, karena sesungguhnya petikan-petikan hikmah itulah yang akan mengangkat derajat kalian dan mereka (yang mengetahuinya), semoga kita digolongkan dalam hamba2-Nya yang selalu bersyukur...amin

Inti dari gambaran itu…JANGAN LUPA DIRI saat gembira (sebagian syair lagu too phat), semua itu pemberian Allah SWT dan diberikan pada kalian lewat PERANTARA mereka yang bertanda 2 petik di kanan kiri mereka.

Catatan ini terinspirasi dari “para kuli bangunan” yang sedang melakukan pengembangan untuk membangun rumah sakit. Canda tawa mereka adalah pendingin untuk menghilangkan keringat mereka. Sedangkan kami yang ada didalam ruangan, cukup sekali pencet tombol AC..dinginlah ruangan kami. Padahal tanpa PERANTARA mereka, ruangan ini tak akan ada.

Friday, March 19, 2010

TINGKAT MANUSIA

Bismillahi Ar Rahmaani Ar Rahiimi
Semoga catatan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dan semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah-Nya pada kita semua, amin.

Kecerdasan dan kesanggupan akal seseorang itu tidaklah sama. senantiasa ada orang awam, yaitu seorang yang biasa. dan ada pula orang khawas, yang berfikir lebih cerdas. Imam Ghazali menasehatkan, orang awam yang belum sanggup berfikir cerdas, teratur dan meluaskan ilmu pengetahuannya, tak perlu memasuki sesuatu secara begitu dalam. karena hal itu akan menimbulkan keraguan dalam hatinya sendiri. sedangkan ilmu yang canggung lebih banyak merusak daripada memperbaiki. bagi orang awam, cukuplah ia berpegang dengan Nash Quran dan sunnah. tak usah banyak tanya, terelebih ikut campur menta'wilkan ayat dan hadits yang dalam fahamnya. karena itu akan merusak pendirian orang itu sendiri. ta'wil orang awam adalah ibarat orang yang tak pandai berenang mencoba merenangi lautan.

Ada lagi sebagian orang, yang ilmunya baru setengah perjalanan, baru mendapatkan perkakas, tetapi bukan alat dan hasilnya sendiri, melainkan hanya diambil dari orang lain. belum ada kesanggupan membandingkan sesuatu.

Ada lagi orang yang mencapai tingkat lebih tinggi. orang itu tidak lagi semata-mata berpegang pada kulit lahir dari Nash. tetapi meningkat pada sesuatu yang lebih tinggi dari itu, yaitu ilmu yang lebih banyak dirasakannya dari pada dikatakan (didapat / diterima dari orang lain). itulah anugerah istimewa dari Allah SWT. dia dapat menyaksikan yang Haqq dengan Nur Cahaya keyakinan.

Maka terbagilah derajat keimanan dan keyakinan manusia itu dalam tiga tingkat, antara lain :
1. Iman orang awam
Orang awam itu mempercayai kabar berita yang dibawa oleh orang yang dipercayainya.

2. Iman orang Alim
Dia mendapat kepercayaan dari jalan membanding, meneliti dan memeriksa dengansegenap kekuatan akal dan manthiknya (intelektualitas).

3. Iman orang 'Arifin
Dia beriman dan tumbuh keyakinan setelah menyaksikan sendiri akan kebenaran itu dengan tidak ada dinding lagi.

Pengibaratan dari ketiganya adalah sebagai berikut :
Ada seseorang didalam rumah...
Orang awam mendengar kabar itu dari orang yang tahu bahwa si fulan ada dalam rumah itu, lantas percayalah ia (orang awam itu).
Orang Alim menyaksikan tanda-tanda (misalkan baju yang ada didepan rumah, atau adanya suara dari dalam rumah itu), maka dapatlah ia menyimpulkan fikiran dan percaya bahwa si fulan memang ada didalam rumah.
Sedangkan orang 'Arifin telah masuk sendiri ke dalam rumah itu, dan bertemu dengan si fulan dalam rumah itu.

Orang 'Arifin yang telah mencapai martabat ini, itulah ke-Cintaan Tuhan yang bertemu dengan inti sari ilmu. orang-orang Alim (pada tingkat kedua) belumlah sampai pada tingkat ini. untuk mencapai tingkat ini, mulailah ia menaklukkan akal kepada jalan kecintaan. menghadap semata-mata kepada Allah SWT dengan membesarkan Himmah (cita-cita dan kemauan). menaklukkan diri, nafsu dan keinginan kedalam suatu latihan batin dan perjuangan (mujahadah). dengan kesetiaan yang sedemikian rupa, sedikit demi sedikit akan terbukalah hijab yang menutupi antara aku dengan ENGKAU, sehingga dapatlah menyaksikan sendiri dengan penglihatan hati, bukan dengan penglihatan mata.

Kesungguhuan, ketaatan dan kesetiaan menjaga segala syarat rukunnya, menghentikan segala larangan dan pantangannya, membuat jiwa sendiri suci bersih sehingga menimbulkan cahaya diri dengan Cahaya Hidayah petunjuk Tuhan. orang seperti inilah yang akan mencapai derajat Wali. derajat Wali-ul-Lah adalah dibawah derajat Nabi, Nabi mendapat "Wahyu dengan teratur" sedangkan Wali mendapatkan "Ilham". ada bebrapa macam cara datangnya, ada dengan perantara mimpi, ada juga dengan perantaraan tafakkur. dan sesungguhnya sumber dari semua itu ialah sama-sama dari Allah SWT.

Friday, March 12, 2010

Dari Filsafat Cinta, timbullah Tasawuf


Bismillahi Ar Rahmaani Ar Rahiimi

Benarkah cinta itu mengharapkan upah? Padahal cinta itu sendiri sudahlah upah bagi para pecinta.
Perasaan iman manusia itu bertingkat, maka bertingkat pula cara Tuhan memberikan tuntunan. Ada orang yang diberi ancaman dengan neraka, maka timbullah khauf. Ada orang yang diberi harapan dengan syurga, maka timbullah raja’a. Tetapi orang yang telah berpengalaman lebih tinggi, maka terpadulah raja’a dengan khaufnya kepada satu hal, yaitu CINTA.

Disinilah kita akan tahu sebuah pelajaran dari seorang Rabi’atul ‘Adawiyah (seorang Zahid perempuan yang telah menaikkan tingkat zuhud).

Cinta sejati tidak lagi mengenal berbagai hal. Kalau dalam hati kita masih ada rasa aku adalah aku, dan engkau adalah engkau, maka itu belumlah sampai pada inti cinta.
Kadang-kadang kita tak tahu apa yang harus kita bicarakan lagi, bahkan bisa jadi mulutpun “ngelantur”. Bahkan saking cintanya bisa jadi akan muncul kata-kata bahwa “Engkau adalah aku”. Kadang-kadang juga kemanapun kita menoleh, hanya Sang Kekasih itulah yang terlihat. Ke matahari terbit, ke bulan purnama kita melihat...hanya Sang Kekasih itulah yang tampak. Ke angin sepoi-sepoi sekalipun, Hangat hembusan Sang Kekasih itulah yang terasa. Bahkan juga jika rasa cinta itu telah memuncak, merasa ingin mati saja dalam cinta.

“Kalaupun engkau ingin hidup berbahagia, matilah dengan dan karena Sang Kekasih (dalam keadaan syahid)
Dan jika tidak begitu, rindu adalah ahlinya untuk menggantikan itu”
.


Pada suatu hari, timbul Tanya jawab diantara burung satu dengan burung yang lain tentang keindahan dan kemesraan bila berjumpa dengan Nur dan Narr, Cahaya dan Api.
Masing-masing bercerita tentang pengalaman mereka. Seekor burung yang lebih tua menyuruh anak-anaknya merasakan kemesraan cahaya itu. Ada salah satu diantara anak-anak burung itu, dirasakannya cahaya itu dan dirasakannya pula panas itu, lalu ia pulang. Seekor lagi mendekat ke cahaya itu, dan tersentuh pula panas itu, hamper saja sayapnya terbakar. Ia pun pulang membawa bukti sayapnya yang nyaris terbakar itu. Kemudian maju satu ekor lagi ke muka, terbang menuju cahaya dan terbang menuju api lantas menghilang. Burung tua itupun berkata : “Ia yang hilang kedalam cahaya dan kedalam api, maka dialah yang sampai”.

Cinta akan melarutkan jiwa kita dalam cahaya yang tiada dua hangatnya, tak satu pun di hati kita yang lebih tinggi dari pada Sang Kekasih. Keindahan dan kemesraan bersama-Nya akan mengalirkan anggur cinta yang tiada dua rasanya. Menari dengan senandung cinta yang tiada dua merdunya. Terbang dengan sayap cinta yang tiada dua kuat kepakan sayapnya.